Sandbox is a multipurpose HTML5 template with various layouts which will be a great solution for your business.

Contact Info

Moonshine St. 14/05
Light City, London
info@email.com
+00 (123) 456 78 90

Follow Us

#Kematian

Here you can find the latest #Kematian articles.

Perjalanan
Read More

Perjalanan

Berjalan di keramaian itu layaknya berteman dengan hiruk pikuk lampu kota, terkadang keluhan manusia menjadi musik dalam perjalanan ini. Sesekali kita siap berlari tapi jalan kehidupan ini terlalu sempit sampai-sampai kita harus dikejar bunyi klakson para manusia yang lebih siap untuk selalu di depan. Ingin memutar balik tidak diizinkan rambu lalu lintas, ya sudah tunggu saja namanya perjalanan selalu tentang penantian.

Sebuah tulisan lama dalam feed instagramku, bahkan sampai saat ini aku masih dalam perjalananku. Tak banyak berubah dan tak banyak cerita. Tulisan setahun yang lalu, sudah 365 hari waktu berjalan seringkali aku mendengar orang lain bahkan terkadang aku salah satunya mengatakan ini, “aduh aku masih gini-gini aja ya tiap tahunnya.” Padahal ada 365 hari yang terlewat dan tidak mungkin kita diam, meskipun perubahan tidak drastis bertahan adalah salah satu hal yang patut kita syukuri. Menyadari bahwa kita butuh perubahan adalah proses perubahan. Ada sehat dan sakit yang Allah suguhkan, barangkali mereka yang hidup di tahun lalu sudah tidak dapat kita temui di tahun ini.

Sungguh kita memang ada dalam sebuah perjalanan, kita musafir dunia yang berjalan menuju satu gerbang kepastian yaitu gerbang kematian. Mungkin saat ini kita harus menikmati jalan kita baik terjal, menukik atau pun jalan yang lurus tapi membosankan. Karena hakikatnya setiap jalan pasti ada ujungnya. Setiap yang hidup pasti ada akhirnya, setiap keadaan akan ada masanya.

Paginya Seorang Istri
Read More

Paginya Seorang Istri

Paginya seorang istri, hal ini sebelumnya tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya selalu berpikir, "kalau memang sudah jadi istri pasti bisa." Pikir saya saat belum menyandang status sebagai seorang istri. Begitu status berubah ketika akad diucapkan, saat itulah kebingungan baru saya rasakan. 

Jadi, besok pagi apa yang harus dilakukan untuk si dia yang baru saja menghalalkan. Begitulah batin bergumam sesaat kalimat sah dilatunkan para saksi. Dan kenyataanya MasyaAllah, ternyata pagi hari seorang istri tak semudah saya kira. Memang sebagai perempuan untuk hal-hal yang berbau urusan rumah tentu bukan hal asing. Karena membantu orang tua menjadi hal biasa dalam kehidupan sebelumnya. Namun, ketika menjadi seorang istri tugas saya bukan lagi tentang membantu tapi menjadi peran utama dalam mengurus rumah tangga. 

Lelah ? sudah pasti, tetapi untungnya Allah mampukan saya yang begitu lemah ini untuk tetap menikmati ladang pahala dalam mengurus suami dan tetap berkarya untuk menulis dan bekerja. Dalam hal ini yang saya ingin bagi adalah ketika kita memilih membaktikan diri menjadi hamba Allah lewat status yang mulia yaitu seorang istri, bantuan Allah itu nyata. Asal niatnya sungguh-sungguh menjadi istri yang taat di mata Dia Yang Memberi status bukan hanya sekedar untuk suami. 

Sebelumnya pagi yang hadir dengan sejuta keluhan, khawatir macet, deadline pekerjaan. Kini berganti rasa syukur yang tiada henti karena setiap gerak yang lelah ini InsyaAllah Allah ganti dengan kebaikan di dalamnya Aamiin Ya Rabbal Alamiin. Belum lagi si dia yang selalu mendo'akan sebelum pamit bekerja. Yang dia katakan, "semoga Allah ridho." 

Iya benar dalam hidup ini menjadi apapun kita semoga dari mulai pagi sampai terbenamnya matahari Allah ridho. 

Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

#Pejuang30dwc

#30dwcjilid33

#30dwc

#Day27

Membenamkan Benci
Read More

Membenamkan Benci

Hidup tak akan lepas dari komentar dan pandangan orang, karena memang semua manusia hidup dan berpijak di bumi yang sama. Tidak mungkin kita memanipulasi Tuhan untuk mendapatkan tempat berbeda selagi hidup masih berlangsung dalam bumiNya. Pandangan sebelah mata orang lain, penilaian-penilaian salah dari orang lain tentang kita mungkin tak merubah nilai kita di mata Tuhan. Tapi, tentu tidak ada manusia yang dengan mudah mampu untuk mengabaikannya. 

Mendengar kata yang lebih tajam dari sebilah pisau, mungkin tidak akan membuat diri ini berlumur luka tapi jelas itu menghancurkan tameng diri. Ibarat diri ini ada dalam sebuah kapal, kata-kata menyakitkan orang lain bisa jadi menjadi lubang-lubang kecil kapal yang lama-lama menenggelamkan. Kita dibuat hanyut di kapal kita sendiri dan tenggelam dengan air mata kita sendiri, sebab begitu menyakitkannya kebencian dari seorang makhluk. 

Tapi daripada kita menenggelamkan diri dalam kebencian dan rasa tidak terima orang lain, lebih baik kita terbenamkan saja benci dan kecewanya. Benci yang kita benamkan mungkin pelan-pelan menghadirkan gelapnya malam. Yang makin larut kian gelap, makin malam kian hening, yang makin malam makin menyeramkan. Namun setelah semua gelap, hening, dan segala seramnya malam kita lewati, bukankah fajar secara pasti menyingsingkan malam. 

Begitulah kebencian yang kita usahakan untuk terbenam, mungkin awalnya dada terasa sesak, kesal kian membuncah, air mata diam-diam tak mampu lagi kita bendung. Tapi, satu hal yang pasti setelah benci mampu kita benamkan kita pasti terbebas dari banyak beban. Terbebas dari beban ingin membalas, terbebas dari beban bersedih, dan ketika kita mampu membenamkan benci dengan rasa ikhlas. Mungkin di sanalah letak keindahannya karena hidup kita sudah membenamkan kesedihan dan luka, lalu biar Tuhan yang menerbitkan bahagia. 

Bukankah tidak akan ada matahari terbit, tanpa proses terbenam lebih dulu ?

#Pejuang30dwc

#30dwc

#30dwcjilid33

#Day29