
Read More
Berjalan di keramaian itu layaknya berteman dengan hiruk pikuk lampu kota, terkadang keluhan manusia menjadi musik dalam perjalanan ini. Sesekali kita siap berlari tapi jalan kehidupan ini terlalu sempit sampai-sampai kita harus dikejar bunyi klakson para manusia yang lebih siap untuk selalu di depan. Ingin memutar balik tidak diizinkan rambu lalu lintas, ya sudah tunggu saja namanya perjalanan selalu tentang penantian.
Sebuah tulisan lama dalam feed instagramku, bahkan sampai saat ini aku masih dalam perjalananku. Tak banyak berubah dan tak banyak cerita. Tulisan setahun yang lalu, sudah 365 hari waktu berjalan seringkali aku mendengar orang lain bahkan terkadang aku salah satunya mengatakan ini, “aduh aku masih gini-gini aja ya tiap tahunnya.” Padahal ada 365 hari yang terlewat dan tidak mungkin kita diam, meskipun perubahan tidak drastis bertahan adalah salah satu hal yang patut kita syukuri. Menyadari bahwa kita butuh perubahan adalah proses perubahan. Ada sehat dan sakit yang Allah suguhkan, barangkali mereka yang hidup di tahun lalu sudah tidak dapat kita temui di tahun ini.
Sungguh kita memang ada dalam sebuah perjalanan, kita musafir dunia yang berjalan menuju satu gerbang kepastian yaitu gerbang kematian. Mungkin saat ini kita harus menikmati jalan kita baik terjal, menukik atau pun jalan yang lurus tapi membosankan. Karena hakikatnya setiap jalan pasti ada ujungnya. Setiap yang hidup pasti ada akhirnya, setiap keadaan akan ada masanya.