Aku tahu setiap hal punya ukurannya tidak boleh berlebih kadarnya atau kurang dari seharusnya. Tentunya aku sependapat dengan hal itu, karena adanya ukuran adalah bentuk panduan yang memudahkan. Namun ukuran yang kita terapkan tidak seharusnya kita letakkan pada nikmat dari Tuhan. Seringkali kita mengeluhkan soal pendapatan, sibuk berdialog dengan diri bahwa yang didapat tentu tak akan cukup. Yang dipunya tak dapat memenuhi kebutuhan dapur, anak sekolah, belum lagi undakan arisan yang tak berkesudahan. Selalu seperti itu kita sibuk mengukur. 

Kalau bicara soal rezeki bukankah Allah SWT sudah memberimu mata untuk melihat dengan cuma-cuma, juga kaki tangan yang sempurna. Pernahkah kita bertanya, "Aku ini saat pertama dilahirkan belum mampu melakukan kebaikan apa-apa Ya Allah kenapa Engkau sudah beri aku kesempurnaan di saat aku belum tahu mampu menyempurnakan iman atau tidak terdahapMu." Kenapa kita sibuk mengukur jumlah sesuatu yang bisa kita usahakan nanti, agar selalu bertambah jumlahnya. Tapi anugerah fisik ini ? kita bisa apa kalau Dia tidak dengan kelembutannNya menitipkan pada kita. 

Dalam firmanNya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (Q.S. an-Nahl [16]: 18). Iya benar kita tak seharusnya pandai mengukur, tapi panda-pandailah bersyukur. Karena nikmat Allah selalu tak terhitung jumlahnya namun senantiasa berlimpah bagi hambaNya.

Sebelum mengukur nikmat Allah ada baiknya kita mengukur kadar ibadah kita padaNya, saat jauh jaraknya dari Dia Yang Maha Kuasa bagaimana Dia bisa memberi lebih untuk kita. 

#Pejuang30dwc

#30dwc

#30dwcjilid33

#Day10