Untukku senja adalah saat kewajiban mencari nafkah telah ditunaikan, badan yang bekerja sejak terbitnya matahari hingga perginya sang mentari pun akhirnya sudah terselesaikan. Untukku senja adalah waktu lelahnya badan juga pikiran yang menyatu dengan banyaknya beban. Berulang-ulang senja yang terjadi, berulang pula lelahnya malah terkadang makin menjadi-jadi. 

Namun, ku tengok banyak orang yang pulang di kala senja dengan gerobaknya, sepedanya, atau becaknya. Wajah mereka tak selalu semurung diriku. Mereka layaknya pejuang yang menang di medan perang, yang selesai menunaikan kewajiban di pagi hari dan gugur secara terhormat di sore hari. Bukan, bukan dari hasil yang mereka dapat tapi karena syukur yang mereka senantiasa tunujukan dari wajah lelah mereka. 

Akhirnya pandanganku tentang lelahnya senja berubah, karena lelah di senjaku mungkin adalah impian banyak orang di luar sana. Deadline-deadline yang muncul menjelang senja pun merupakan harapan kebanyakan pihak di luar sana. Dan aku mulai mempercayai kata pujangga bahwa senja itu akan selalu romantis bagi mereka yang optimis. Bahwa hidup adalah keajaiban, dan senja adalah salah satu bagiannya. 

Saat hal itu aku terapkan senja seketika berubah, jingganya selalu menjadi alasan bahagia karena raga yang pergi dari rumah senja kembalikan untuk pulang dengan ramah tamah. Hari yang penuh dengan penat dan tuntutan kini dijembatani senja untuk bertemu malam agar tubuh yang sudah lelah bergerak bertemu tempat peraduan untuk beristirahat. 

Lalu, bagaimana kamu memandang senjamu ?

#Pejuang30dwc

#30dwcjilid33

#30dwc

#Day27