Sandbox is a multipurpose HTML5 template with various layouts which will be a great solution for your business.

Contact Info

Moonshine St. 14/05
Light City, London
info@email.com
+00 (123) 456 78 90

Follow Us

Alhambra Blog

Selamat datang, dan berkeliling didalam kastil.

Kini Pilihannya Hanya Pada Sabar
Read More

Kini Pilihannya Hanya Pada Sabar

Ada kalanya aku memilih menangis sebagai aliran kesedihanku.

Ada kalanya sisi baikku memilih untuk sujud dan berdo'a.

Ada kalanya sisi burukku tentu mengeluhkannya.

Apapun yang aku lakukan, semua aku nisbatkan pada "aku kan hanya manusia." Aku lupa bahwa yang sedih, dan terluka di bumi ini bukan hanya aku. Aku lupa bahwa dunia ini memang diisi dengan ujian di setiap selanya.

Aku tahu kita ada pada ujian yang berbeda, aku tahu keadaan, pengalaman dan rasa kuat kita berbeda. Tapi yang perlu kita ingat, ujianku bukan kamu yang buat. Dan ujianmu bukan aku yang buat. Jadi jangan takut lagi ya, karena ujian kita mungkin sudah lulus uji klinis jauh sebelum aku dan kamu ada di dunia ini. Bukankah kita sepakat, Sang Pembuat garis hidup kita dialah Yang Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pengasih, dan Maha penyayang ?

Dari aku yang paling bersyukur .

2022
Read More

2022

Tahun baru, sebuah perjalanan baru.

Pasti kita semua menengadahkan tangan merawat harap agar yang sedih menjadi bahagia, yang sulit menjadi mudah, dan yang sakit secepatnya sembuh. Berlomba-lomba mengingat kembali niat hati apa alasan kaki berjalan di muka bumi.

Tentu ada mimpi di dalamnya, yang harus senantiasa kita rawat perjalanannya. Bukan,bukan hanya di tanggal 1 Januari, tapi 365 hari ke depan pun harus sama daya juangnya. Jangan hanya menggebu di tanggal satu lalu lupa di tanggal dua puluh. Jangan hanya bersedia lelah di Januari tapi justru rebahan di bulan Oktober nanti.

Lucu ya, manusia itu sibuk berdoa di tanggal-tanggal tertentu seolah beranggapan eksistensi Allah hanya di tanggal 1 Januari. Padahal kapan pun, dimana pun, ketika kita mampu berdoa Allah pasti dengar, InsyaAllah pasti Allah kabulkan. Tapi ingat, cara mengabulkan seperti apa bentuknya ya terserah Allah.

Karena apa ? karena Allah Tuhannya, kita hanya hambaNya.

Membenamkan Benci
Read More

Membenamkan Benci

Hidup tak akan lepas dari komentar dan pandangan orang, karena memang semua manusia hidup dan berpijak di bumi yang sama. Tidak mungkin kita memanipulasi Tuhan untuk mendapatkan tempat berbeda selagi hidup masih berlangsung dalam bumiNya. Pandangan sebelah mata orang lain, penilaian-penilaian salah dari orang lain tentang kita mungkin tak merubah nilai kita di mata Tuhan. Tapi, tentu tidak ada manusia yang dengan mudah mampu untuk mengabaikannya. 

Mendengar kata yang lebih tajam dari sebilah pisau, mungkin tidak akan membuat diri ini berlumur luka tapi jelas itu menghancurkan tameng diri. Ibarat diri ini ada dalam sebuah kapal, kata-kata menyakitkan orang lain bisa jadi menjadi lubang-lubang kecil kapal yang lama-lama menenggelamkan. Kita dibuat hanyut di kapal kita sendiri dan tenggelam dengan air mata kita sendiri, sebab begitu menyakitkannya kebencian dari seorang makhluk. 

Tapi daripada kita menenggelamkan diri dalam kebencian dan rasa tidak terima orang lain, lebih baik kita terbenamkan saja benci dan kecewanya. Benci yang kita benamkan mungkin pelan-pelan menghadirkan gelapnya malam. Yang makin larut kian gelap, makin malam kian hening, yang makin malam makin menyeramkan. Namun setelah semua gelap, hening, dan segala seramnya malam kita lewati, bukankah fajar secara pasti menyingsingkan malam. 

Begitulah kebencian yang kita usahakan untuk terbenam, mungkin awalnya dada terasa sesak, kesal kian membuncah, air mata diam-diam tak mampu lagi kita bendung. Tapi, satu hal yang pasti setelah benci mampu kita benamkan kita pasti terbebas dari banyak beban. Terbebas dari beban ingin membalas, terbebas dari beban bersedih, dan ketika kita mampu membenamkan benci dengan rasa ikhlas. Mungkin di sanalah letak keindahannya karena hidup kita sudah membenamkan kesedihan dan luka, lalu biar Tuhan yang menerbitkan bahagia. 

Bukankah tidak akan ada matahari terbit, tanpa proses terbenam lebih dulu ?

#Pejuang30dwc

#30dwc

#30dwcjilid33

#Day29

Bagaimana Dengan Senjamu ?
Read More

Bagaimana Dengan Senjamu ?

Untukku senja adalah saat kewajiban mencari nafkah telah ditunaikan, badan yang bekerja sejak terbitnya matahari hingga perginya sang mentari pun akhirnya sudah terselesaikan. Untukku senja adalah waktu lelahnya badan juga pikiran yang menyatu dengan banyaknya beban. Berulang-ulang senja yang terjadi, berulang pula lelahnya malah terkadang makin menjadi-jadi. 

Namun, ku tengok banyak orang yang pulang di kala senja dengan gerobaknya, sepedanya, atau becaknya. Wajah mereka tak selalu semurung diriku. Mereka layaknya pejuang yang menang di medan perang, yang selesai menunaikan kewajiban di pagi hari dan gugur secara terhormat di sore hari. Bukan, bukan dari hasil yang mereka dapat tapi karena syukur yang mereka senantiasa tunujukan dari wajah lelah mereka. 

Akhirnya pandanganku tentang lelahnya senja berubah, karena lelah di senjaku mungkin adalah impian banyak orang di luar sana. Deadline-deadline yang muncul menjelang senja pun merupakan harapan kebanyakan pihak di luar sana. Dan aku mulai mempercayai kata pujangga bahwa senja itu akan selalu romantis bagi mereka yang optimis. Bahwa hidup adalah keajaiban, dan senja adalah salah satu bagiannya. 

Saat hal itu aku terapkan senja seketika berubah, jingganya selalu menjadi alasan bahagia karena raga yang pergi dari rumah senja kembalikan untuk pulang dengan ramah tamah. Hari yang penuh dengan penat dan tuntutan kini dijembatani senja untuk bertemu malam agar tubuh yang sudah lelah bergerak bertemu tempat peraduan untuk beristirahat. 

Lalu, bagaimana kamu memandang senjamu ?

#Pejuang30dwc

#30dwcjilid33

#30dwc

#Day27

Paginya Seorang Istri
Read More

Paginya Seorang Istri

Paginya seorang istri, hal ini sebelumnya tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya selalu berpikir, "kalau memang sudah jadi istri pasti bisa." Pikir saya saat belum menyandang status sebagai seorang istri. Begitu status berubah ketika akad diucapkan, saat itulah kebingungan baru saya rasakan. 

Jadi, besok pagi apa yang harus dilakukan untuk si dia yang baru saja menghalalkan. Begitulah batin bergumam sesaat kalimat sah dilatunkan para saksi. Dan kenyataanya MasyaAllah, ternyata pagi hari seorang istri tak semudah saya kira. Memang sebagai perempuan untuk hal-hal yang berbau urusan rumah tentu bukan hal asing. Karena membantu orang tua menjadi hal biasa dalam kehidupan sebelumnya. Namun, ketika menjadi seorang istri tugas saya bukan lagi tentang membantu tapi menjadi peran utama dalam mengurus rumah tangga. 

Lelah ? sudah pasti, tetapi untungnya Allah mampukan saya yang begitu lemah ini untuk tetap menikmati ladang pahala dalam mengurus suami dan tetap berkarya untuk menulis dan bekerja. Dalam hal ini yang saya ingin bagi adalah ketika kita memilih membaktikan diri menjadi hamba Allah lewat status yang mulia yaitu seorang istri, bantuan Allah itu nyata. Asal niatnya sungguh-sungguh menjadi istri yang taat di mata Dia Yang Memberi status bukan hanya sekedar untuk suami. 

Sebelumnya pagi yang hadir dengan sejuta keluhan, khawatir macet, deadline pekerjaan. Kini berganti rasa syukur yang tiada henti karena setiap gerak yang lelah ini InsyaAllah Allah ganti dengan kebaikan di dalamnya Aamiin Ya Rabbal Alamiin. Belum lagi si dia yang selalu mendo'akan sebelum pamit bekerja. Yang dia katakan, "semoga Allah ridho." 

Iya benar dalam hidup ini menjadi apapun kita semoga dari mulai pagi sampai terbenamnya matahari Allah ridho. 

Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

#Pejuang30dwc

#30dwcjilid33

#30dwc

#Day27